Yeremia 8

Yeremia 8:4-5
Engkau harus mengatakan kepada mereka: “Beginilah firman TUHAN: Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali? Mengapakah bangsa ini berpaling, berpaling terus-menerus? Mereka berpegang pada tipu, mereka menolak untuk kembali.

Makin lama baca Yeremia, saya makin melihat bagaimana Tuhan yang seharusnya menjadi tempat saya memohon, malah memohon kepada bangsa ciptaanNya untuk kembali kepadaNya.
Tuhan sampai mengambil contoh di luar sana, bagaimana orang yang jatuh krn terkilir/tersandung bisa dengan sendirinya bangun dan berdiri lg, dan orang yang merantau pasti tau tempat untuk kembali. Tapi knp bangsa yang dikasihi dan diprovideNya ini tidak mau lakukan itu, mereka malah makin jauh dan menikmati saat jatuh mereka. Itulah yang membuat Tuhan dan juga Yeremia (bisa feel itu) mengalami kedukaan dan pedih hati.

Yeremia 8:9
Orang-orang bijaksana akan menjadi malu, akan terkejut dan tertangkap. Sesungguhnya, mereka telah menolak firman TUHAN, maka kebijaksanaan apakah yang masih ada pada mereka?

Hanya hikmat dari penerimaan Firman Tuhan saja yang bisa membuat saya jadi orang yang benar-benar bijaksana, bukan pada pola pikir dunia. Karena tidak ada yg lebih bijaksana dari Tuhan.

Yeremia 8:12
Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka. Sebab itu mereka akan rebah di antara orang-orang yang rebah, mereka akan tersandung jatuh pada waktu mereka dihukum, firman TUHAN.

Dari saat teduh ini saya belajar :

  1. Bukan seberapa tidak berdosanya saya yang membuat saya merasa aman di dalam Tuhan, tapi krn saya tau bagaimana ekspektasi Tuhan kepada saya yang “pasti” akan jatuh, mau itu hari ini atau mungkin nanti, dan jika saat itu datang yang perlu saya lakukan hanyalah berbalik, sadar diri dan menyesal klu lg jatuh dan mau bangkit/bangun/kembali lagi kepada Tuhan.
  2. Malu, saat mengandalkan pikiran saya sendiri bukan Firman Tuhan, siapa saya, saya bisa apa tanpa Tuhan. Harusnya semakin ke sini saya bisa lebih mengandalkan Firman Tuhan lagi untuk menyaring hidup saya apakah saya sudah hidup benar atau tidak. Jika toh saya masih belum baik, saya harus lebih baik lagi bukan malah down dan mengasihani diri sendiri.
  3. Dengan Firman Tuhan saya harus tau noda hidup saya dan mau membereskan itu dengan cara Tuhan lewat pertobatan saya.

Palopo, 08-06-2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *