Matius 5

Matius 5:2-12
Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah orang yang MISKIN DI HADAPAN ALLAH, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang BERDUKACITA, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang LEMAH LEMBUT, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang MURAH HATINYA, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang SUCI HATINYA, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang MEMBAWA DAMAI, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang DIANIAYA OLEH SEBAB KEBENARAN, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”

Secara pribadi sya banyak ditegur dari khotbah pak Harlem minggu kemarin pas membawakan bagian ayat ini, jujur membuat pemahaman saya berubah, yang semula saya bepikir klu ayat ini berbicara tentang keadaan fisik atau eksternalnya saya, seperti miskin secara materi, lemah lembut secara pembawaan, dll. Tapi setelah belajar kembali saya jadi tau klu ternyata semua ucapan bahagia ini fokus nya pada keadaan internal saya yaitu hati saya.

Apakah saya punya hati yang bisa merasa miskin di hadapan Allah?
Ketika saya merasa miskin dihadapan seseorang berarti saat yang sama saya menganggap orang itu kaya dihadapan saya. Demikian halnya dengan Tuhan, saat saya bisa benar-benar menempatkan hati saya diposisi miskin/kekurangan/tidak mampu dihadapan Tuhan, maka saat itulah harusnya membuat saya makin bergantung pada Tuhan dan bisa melihat bahwa segala sesuatu yang saya butuhkan ada pada Tuhan.

Apakah saya punya hati yang berdukacita? Bukan karena dukacita karena kehilangan seseorang yang saya kasihi, tapi lebih karena kehilangan koneksi saya dengan Tuhan karena begitu rusaknya saya dengan dosa-dosa yang sudah saya lakukan dan mengecewakan Tuhan yang membuat saya hancur hati.

Apakah saya punya hati yang lemah lembut? Bukan fisikly yg lemah lembut, tapi lebih kepada hati saya yang mau tunduk pada Tuhan, saya menomor duakan prinsip hidup saya demi ikuti apa yang Tuhan mau, Tuhan senangi.

Apakah hati saya menjadi lapar dan haus akan kebenaran ? Lapar dan haus artinya saya punya ketergantungan lebih akan setiap Firman Tuhan, be addicted with truth of God, tanpa disuruh dan ditegorpun saya harus selalu mencari kebenaran itu.

Dari saat teduh saya kali ini, saya makin bisa melihat bagaimana Tuhan sangat ingin menyampaikan klu hal yang paling bisa membut saya benar-benar Joyful didalam Dia adalah dengan menjaga dan menepatkan hati saya dikeadaan yang semestinya yaitu hati berisikan Kebenaran Tuhan.

Palopo, 05 – 05 – 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *