1 Tawarikh 29:3-5
Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan, yakni emas untuk barang-barang emas dan perak untuk barang-barang perak dan untuk segala yang dikerjakan oleh tukang-tukang. Maka siapakah pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada TUHAN?”
Menjelang kematian, Daud sadar bahwa meskipun persiapan rumah Tuhan sudah begitu banyak, tapi masih kurang karena ia sadar bahwa ini adalah rumah Tuhan bukan rumah buat sesuatu yang ada di dunia ini, bahkan langitpun tidak akan cukup menjadi tumpuan kakiNya. Oleh karena itu karena sudah tidak ada lagi yang ia bisa dapatkan dari luar (hasil perang & persembahan kerajaan lain), iapun memberikan apa yang ada padanya untuk Tuhan. Tidak sampai di situ, iapun mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Jadi ingat apa yang pak Jokowi lakukan dengan vaksin, ia memberikan contohan yang sama seperti yang Daud lakukan, yakni keteladanan untuk menjadi yang pertama melakukan apa yang menurut mereka benar. Bukan sekedar memerintah.
1 Tawarikh 29:9
Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita.
Setelah memberikan sebagian besar dari apa yang mereka miliki, bukannya kekurangan, mereka malah bisa mendapatkan hal yang jauh lebih dari harta mereka yaitu sebuah rasa sukacita yang besar karena mereka bisa memberikan dengan tulus kepada Tuhan. Kok bisa sih?
1 Tawarikh 29:14
Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.
Hal itu ternyata karena mereka begitu bersyukur sama Tuhan dan tau kalau semua yang mereka miliki sampai Israel sebesar saat itu adalah semua karena Tuhan, bahkan apa yang pada saat itu mereka persembahkan buat Tuhan bukan sesuatu yang asalnya dari mereka melainkan emang pada awalnya merupakan milik Tuhan yang dipercayakan kepada mereka.
Dari saat teduh saya pagi ini saya belajar dari kisah terakhir raja Daud, untuk:
- Menjadi seorang leader yang bisa menjadi teladan dalam setiap perkataan dan tindakan saya, jika saya mau mengajak orang untuk melakukan yang benar sesuai Firman Tuhan, saya harus melakukannya terlebih dahulu. Demikian juga sebaliknya saat saya mulai terpikir untuk menghakimi orang, saya harus sadar akan dosa saya terlebih dahulu, agar rasa berhak menghakimi saya itu kembali ke Tuhan dan saya bisa mengasihi orang itu lagi.
- Mengembalikan semua yang saya miliki untuk Tuhan dengan tulus hati sebagai ucapan syukur akan Tuhan yang begitu baik buat hidup saya.
- Makin rendah hati karena saya sadar klu yang saya berikan buat Tuhan bukanlah sesuatu yang saya miliki, tapi memang pada awalnya itu kepunyaan/haknya Tuhan.
Palopo, 09-02-2021